Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Prediksi Awal Pekan, Rupiah Menjadi Rp 14.850 per Dolar AS

Prediksi Awal Pekan, Rupiah Menjadi Rp 14.850 per Dolar AS

by Didimax Team

Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan memberikan pengaruh terhadap Indonesia. Meskipun demikian memang pergerakannya tidak dapat diprediksi kecuali terjadi sesuatu hal yang memang berpotensi mempengaruhinya.

Sebut saja seperti saat operasi moneter Term Deposit Valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) Bank Indonesia yang mulai tenor jangka panjang. Hal tersebut memberikan pencapaian dimana rupiah menguat tipis pada 2 Februari 2023 lalu.

Berdasarkan data dari refinitiv, rupiah menguat 0,04 persen ke angka Rp 14.875 per dolar. Dan pada hari senin (22/052023) Lukman Leong menganalisis DCFX. Dari hasil analisisnya. Diperkirakan rupiah berkisar pada Rp 14.850 sampai Rp 14.950 per dolar Amerika Serikat.

 

Prediksi Terbaru Seputar Rupiah

Lukman Leong mengatakan bahwasanya rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar Amerika Serikat setelah pernyataan dari ketua The Fed. The Fed Jerome Powell memberikan pernyataan bernada dovish.

Meskipun begitu, penguatan ini akan terbatas sehingga investor masih menantikan penyelesaian masalah debt ceiling. Begitu lah yang dikatakan Lukman pada senin kemarin di Jakarta.

Pada senin pagi, nilai kurs rupiah sendiri yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat 0,09 persen atau setara dengan 14 poin. Penguatan terjadi ke posisi Rp 14. 916 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya yaitu Rp 14.930 per dolar Amerika Serikat.

Lukman juga berpendapat bahwa penting untuk mengetahui apakah debt ceiling akan dinaikkan atau tidak. Karena apabila tidak dinaikkan, maka pemerintah Amerika Serikat akan mengalami gagal bayar utang (default).

Selain itu, skenario dan implikasi dari debt ceiling disebut banyak. Yaitu antara lain pemangkasan belanja, default, dan menaikkan pagu. Investor harus tetap melihat dan menunggu karena efek dolar juga bisa berbeda-beda.

Selain Lukman, Analis ICDX Revandra Aritama memberitahukan terkait bagaimana Amerika Serikat menghadapi utang. Cara mereka menghadapi persoalan tersebut menjadi penggerak utama dalam pergerakan mata uang dolar Amerika Serikat.

Di negeri kita Indonesia, kondisi data ekonomi dikategorikan relatif baik. Neraca perdagangan, data inflasi, dan program penyimpanan dolar sudah dilakukan. Kendati demikian, kondisi Amerika Serikat tetap berpengaruh besar terhadap dolarnya itu sendiri.

Revandra menambahkan bahwa kondisi Indonesia saat ini dalam keadaan baik. Dan peluang bari rupiah untuk lanjut menguat setelah kondisi utang Amerika Serikat juga terbuka lebar.

Dampak Positif Menguatnya Kurs Rupiah

Rupiah menunjukkan banyak penguatan di sepanjang awal tahun 2023 dan mencapai ke bawah level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa penguatan yang terjadi memiliki dampak positif pada perekonomian domistik.

Beberapa dampak tersebut seperti meredakan inflasi bahkan meringankan kewajiban beban dari bunga utang negara. Penguatan rupiah juga seiring dengan aliran modal asing yang masuk ke pasar surat utang pemerintah.

Dari luar negeri, inflasi di negara maju yang terus terjadi akan menjadi dukungan akan ekspektasi The Fed bahwa tidak akan lagi menaikkan suku bunga acuannya seagresif tahun 2022. 

Damhuri menjelaskan bahwa beberapa indikator utama menunjukkan adanya peluang soft landing atau kemungkinan resesi ringan. Sedangkan dari dalam negeri, harga komoditas yang berpotensi tetap tinggi dapat membantu neraca dagang melanjutkan surplus.

Dengan begitu, defisit transaksi bisa terjaga untuk tetap rendah. Dan prospek ekonomi Indonesia yang stabil pada kondisi baik juga dapat membantu menopang rupiah. 

Penguatan rupiah ini tentu akan memberikan dampak positif bagi perekonomian karena tekanan inflasi dari barang-barang impor menurun. Inflasi yang terkendali juga akan mendorong bank sentral untuk menahan diri agar tidak menaikkan suku bunga.

Apabila suku bunga akomodatif tidak naik, maka hal tersebut mampu menjadi bantuan dalam menjadi pemulihan ekonomi. Beban pembayaran bunga dan pokok utang luar negeri juga menjadi lebih ringan.

Di samping itu, perlu juga diketahui terkait kondisi sebaliknya. Karena penguatan rupiah berefek negatif dari aspek ekspor karena harga barang ekspor menjadi lebih mahal.

Namun, Damhuri tidak melihat risiko tersebut akan membuat produk Indonesia menjadi kurang kompetitif pada pasar global. Padahal hal tersebut justru menyebabkan jumlah ekspor bisa turun secara signifikan.

Pembahasan terbaru terkait nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ini tentu akan terus berubah kedepannya. Yang menjadi penting adalah agar pergerakan tersebut memberikan dampak baik bagi perekonomian Indonesia.

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama