Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Harga Minyak Naik Lagi, Dampak Ketegangan Rusia dan Ukraina

Harga Minyak Naik Lagi, Dampak Ketegangan Rusia dan Ukraina

by Didimax Team

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina terus berbuntut panjang dan memberikan dampak bagi banyak pihak. Ketegangan ini mengakibatkan naiknya nilai minyak dunia, tidak hanya itu, pergerakan dolar juga cukup statis akibat ketegangan ini. 

Permasalahan antara Rusia dan Ukraina sudah berlangsung sejak lama, dan banyak menimbulkan kerugian besar. 

Sebelumnya sempat terjadi pemadaman besar-besaran di Ukraina, hal ini sedikit mempengaruhi pergerakan komoditi dunia dan negara penghasil minyak lainnya yang tergabung dalam OPEC. 

Harga minyak berjangka Brent berjangka naik 1,93 US Dolar atau sebesar 0,7% menjadi 88,81 US Dolar per barel.  Pergolakan di negara-negara penghasil komoditi ini membuat target yang seharusnya dapat menghasilkan 400.000 barel per harinya sedikit mengalami keraguan. 

Tidak hanya di Ukraina, serangan di pangkalan Uni Emirat Arab (UEA) juga memicu kekhawatiran pasokan. 

OPEC+ khawatir dengan pasokan minyak saat ini, karena negara-negara penghasil yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak bersama dengan Rusia dengan dalam masalah. 

Masalah Geopolitik Ukraina dan Rusia membuat harga mentahnya menjadi lebih tinggi, karena pasar minyak yang ketat sedangkan persediaan rendah. Selain itu, ketegangan geopolitik ini juga memicu reaksi investor di seluruh pasar yang menunggu kebijakan The Fed.

 

Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi

Saat ini, harga komoditi bahan bakar dunia telah naik menuju 89 US Dolar per barelnya pada perdagangan Asia. Angka ini tentunya mendekati level tertinggi tujuh tahun. Ketegangan ini tidak lepas dari masalah Geopolitik di Eropa dan Timur Tengah yang masih memanas. 

Harga minyak Brent naik sebesar 61 sen atau 0,7% menjadi 88,81 US Dolar per barelnya. Pada 20 Januari lalu, patokan global mencapai 89,50 US Dolar per barel. Selain itu, kenaikan juga terjadi pada minyak WTI. 

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik sebesar 25 sen atau 0,3% pada perdagangan 85,85 US Dolar Per barel. 

Presiden AS yaitu Joe Biden mengungkapkan bahwa saat ini ia mempertimbangkan saksi prodari terhadap presiden Vladimir Putin apabila Rusia masih menginvasi Ukraina. Kecemasan ini tidak hanya terjadi pada Biden saja namun oleh beberapa kepala negara OPEC+.

Pada senin (24/1/2022) lalu, gerakan Houthi Yaman meluncurkan serangan rudal ke pangkalan Uni Emirat Arab yang ditempati oleh pasukan Amerika Serikat. 

Kecemasan ini merupakan potensi dari gangguan pasokan di Timur Tengah dan Rusia sehingga memberikan dampak bullish untuk pasar minyak dunia. 

Bisa saja ada potensi penurunan pasar terbatas karena meningkatnya ketegangan antara RUsia dan Ukraina serta ancaman infrastruktur di UEA. 

Persediaan mingguan Amerika Serikat dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah turun sebanyak 872.000 barel (Selasa, 25/1/2022). 

Ketegangan Negara-negara Eropa dan Timur Tengah

Risiko geopolitik yang menghampiri negara-negara OPEC+ menimbulkan kecemasan akan pasokan dan harga minyak yang semakin melambung tinggi. 

Amerika Serikat sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara penghasil energy utama mengenai kemungkinan pengalihan pasokan ke Eropa. 

Hal ini bisa saja terjadi jika Rusia menginvansi Ukraina. Rusia mengatakan saat ini sedang mengamati setelah Amerika Serikat menempatkan 8.500 tentara untuk siap siaga dikerahkan ke Eripa jika terjadi eskalasi dalam krisis Ukraina. 

Serangan yang digagalkan oleh pencegat Patriot buatan AS juga memicu kekhawatiran pasokan minyak yang menjadi kendala utama anggota OPEC+. Di Iran, telah membicarakan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan Barat mendekati jalan buntu. 

Menteri luar negeri Inggris Liz Truss mengatakan bahwa keberhasilan dalam pembicaraan tersebut dapat mengakibatkan pencabutan sanksi terhadap Iran. Selain itu, persediaan minyak Amerika Serikat yang saat ini lebih rendah juga sangat membutuhkan dukungan.

Saat ini stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma berada di level terendah untuk sepanjang tahun sejak 2012 lalu. Sejauh ini, pasar sedang menunggu laporan persediaan Amerika Serikat dari American Petroleum Institute (API). 

Para analis memperkirakan data persediaan minyak mingguan Amerika Serikat akan menunjukkan penarikan 700.000 barel dari stok minyak mentah. 

Dalam perkembangan lainnya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ akan bertemu pada 2 Februari untuk mempertimbangkan peningkatan produksi lainnya. 

OPEC+ juga secara bertahap melepaskan rekor penurunan produksi serta meningkatkan bulanannya sebesar 400.000 barel per hari, meskipun hal ini mengalami berbagai kendala dalam pelaksanaannya. 

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama