Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dollar AS Naik Tipis, Namun Pengamat Memperkirakan Kembali Anjlok

Dollar AS Naik Tipis, Namun Pengamat Memperkirakan Kembali Anjlok

by Didimax Team

Sejak adanya wacana kebijakan stimulus dari pemerintah AS, nilai tukar Dollar AS naik tipis di bursa valas asia. Meskipun nilai tukar naik tips, namun hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah AS bekerja ekstra keras untuk mengembalikan Dollar AS agar segera stabil dan dapat bersaing dengan nilai tukar mata uang dari Negara lain.

Hanya saja, para pakar ekonomi merasa tak yakin dengan langkah stimulus dari pemerintah AS. Sebab, investor masih menunggu efek dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah AS. Beberapa pakar ekonomi memperkirakan bahwa nilai tukar Dollar AS akan kembali jatuh di kuartal kedua atau ketiga di bulan Desember 2020 ini.

 

Kebijakan Stimulus Pemerintah AS Berdampak pada Peningkatan Nilai Tukar Dollar AS

Dollar AS memang sedang mengalami krisis sejak akhir November 2020 lalu. Setiap harinya, nilai tukar Dollar AS semakin terkikis hingga mendekati titik terendah pada bulan April 2018 lalu. 

Untuk mencegah hal tersebut, maka pemerintah AS melalui Steven Mnuchin selaku Menteri Keuangan AS mengambil tindakan stimulus ekonomi untuk merangsang nilai tukar Dollar AS. Dan hasilnya, nilai tukar Dollar AS di pasar asia ini naik tipis sekitar 0,03% di angka 90,688. Sebelumnya, Dollar AS sempat menyentuh angka 90,504 pada hari Rabu lalu.

Pemerintah AS optimis jika nilai tukar Dollar AS semakin hari akan semakin naik. Mengingat, ada banyak kebijakan yang belum disahkan. Pemerintah AS juga yakin bahwa Joe Biden selaku presiden AS ke-59 dapat mengambil langkah kebijakan ekonomi yang dapat membantu meningkatkan nilai tukar Dollar AS terhadap mata uang Negara lain.

Namun, kebijakan pemerintah AS ini masih belum berdampak secara signifikan. Meskipun nilai tukar mata uang Dollar AS naik, hanya saja kenaikannya masih cukup tipis yakni 0,03% saja. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah AS ini masih belum berdampak secara signifikan pada bursa valas dunia.

Para investor masih menunggu langkah stimulus AS selanjutnya. Oleh sebab itu, pakar ekonomi dunia masih memprediksi bahwa Dollar AS akan kembali jatuh di minggu-minggu berikutnya.

Faktor-faktor Penyebab Nilai Tukar Dollar AS Masih Rawan Terkikis oleh Mata Uang Negara Lain

Meskipun Dollar AS naik tipis di hari Kamis 04 Desember 2020, namun beberapa pakar ekonomi merasa pesimis jika Dollar AS akan terus naik di hari-hari berikutnya. Hal ini disebabkan karena investor enggan berinvestasi pada mata uang beresiko seperti Dollar AS. 

Selain itu, kebijakan stimulus AS dirasa kurang optimal karena para investor masih harus menunggu efek dari stimulus kebijakan AS. Tak heran jika Dollar AS hanya naik 0,03% di pasar asia.

Para investor masih belum yakin dengan kebijakan stimulus AS, meskipun gelontoran uang untuk kebijakan ini mencapai triliunan Dollar. Meskipun kebijakan AS cukup strategis, namun wabah virus corona yang tidak terkendali serta isu resesi global menjadi salah satu penghambat terkait pergerakan nilai tukar Dollar AS. 

Terlebih, isu-isu perpecahan akibat Pilpres ke-59 masih terasa hingga sekarang. Lalu, adanya optimasi vaksin virus corona semakin menghancurkan nilai tukar Dollar AS yang sempat mencapai titik terendah sejak dua setengah tahun yang lalu.

Hal ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah bagi pemimpin AS ke-59 yakni Joe Biden. Nantinya, Joe Biden diharapkan mampu mengambil kebijakan positif agar nilai tukar Dollar tidak mencapai titik terendah kembali.

Nilai Tukar Dollar AS Meningkat, GBP Turun Tipis, dan Euro Mencetak Nilai Tertinggi di Awal Desember

Selain Dollar AS yang mengalami peningkatan, ada Euro yang semakin hari semakin meningkat tajam. Bahkan, Euro mencetak nilai tertinggi sejak 6 bulan lalu. Pakar ekonomi dunia memprediksi bahwa Euro akan mencatat rekor nilai tukar tertinggi sejak tahun-tahun sebelumnya. 

Sementara itu, nilai tukar mata uang Great Britain Poundsterling (GBP) mengalami penurunan tipis sekitar 0,01% di angka 1,3450. Meskipun mengalami penurunan, namun hal tersebut tidak berimbas apapun. Bahkan, beberapa pakar ekonomi menyatakan bahwa GBP akan mencetak angka tertinggi setelah Euro.

Sejak pemerintah AS mengeluarkan kebijakan stimulus, nilai tukar Dollar AS terangkat sekitar 0,03%. Namun, pakar ekonomi menyatakan bahwa peningkatan tersebut hanya berlangsung sementara. Sebab, ada faktor internal yang menyebabkan investor harus berpikir dua kali untuk memilih Dollar AS sebagai bisnis investasi.

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama