Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Aktivitas Pabrik Jepang Meningkat Karena Kasus Corona yang Melambat

Aktivitas Pabrik Jepang Meningkat Karena Kasus Corona yang Melambat

by Didimax Team

Kabar baik untuk negara Jepang dengan dirilisnya sebuah data PMI Manufaktur dengan secara bersamaan meredanya kasus penyebaran covid-19 varian Delta tersebut. Sebagaimana yang telah terjadi pada pertengahan tahun ini dengan kedatangan varian Delta di beberapa negara sebabkan ekonomi dunia kacau. 

Ketidakstabilan tampak terjadi bagi sebagian mata uang yang sebelumnya telah pulih dan bangkit dari pandemi gelombang pertama. Kejadian covid-19 benar-benar membuat banyak negara besar yang akhirnya harus memutar otak menemukan jalan. 

Bagaimana tidak, jika banyak pekerjaan yang harus dihentikan guna mengurangi penyebaran kasus covid-19 tersebut. Salah satu negara tersebut adalah Jepang yang sempat beberapa kali alami kemerosotan mata uang di perdagangan Asia dan internasional. 

Akan tetapi, di tengah masa pandemi covid-19 varian Delta tersebut, Jepang mendapatkan angin baik. Adapun angin baik tersebut diharapkan dapat memulihkan ekonomi bagi negara Jepang atau mata uang Jepang. 

 

Kasus Corona Mereda di Jepang

Masa pandemi gelombang pertama yang dilakukan oleh negara Jepang pada awal kemunculan Covid-19 terlihat tidak terlalu besar. Hal tersebut karena masyarakat Jepang diakui dapat mematuhi peraturan dan protokol kesehatannya. 

Sehingga kegiatan atau aktivitas di negara Jepang tersebut tidak terlalu dipengaruhi oleh kasus corona. Namun, kemunculan varian Delta pada pertengahan tahun 2021 di Jepang, membuat pemerintah Jepang harus menutup berbagai tempat guna mengurangi penyebarannya. 

Tampak bahwa banyak tempat yang dulu sangat ramai dikunjungi, kini sepi bahkan sekolah juga diliburkan. Tidak sampai disitu, segala aktivitas yang dapat mengundang keramaian terpaksa harus ditutup atau diliburkan sementara. 

Salah satunya adalah pabrik di negara Jepang yang juga harus menghentikan aktivitas produksinya. Sehingga saat ini terjadi mata uang Jepang mengalami pelemahan atau kemerosotan cukup besar. 

Akhirnya pada hari Senin, 2 Agustus 2021 angin segar tersebut masuk ke negara Jepang dimana tampak adanya kasus corona yang melambat. Akibatnya ekspansi pada manufaktur Jepang terlihat mulai pulih. 

Meski demikian, disebutkan bahwa produsen masih akan menghadapi adanya kendala kekurangan pada gangguan logistic dan juga bahan baku. Adapun kenaikan yang terjadi dari Data PMI Manufaktur tersebut dari 52.4 menjadi 53.0 pada bulan Juli. 

Kenaikan Pada Data PMI Manufaktur Jepang

Data tersebut dilaporkan oleh Biro Statistik Jepang dalam hasil survey Jibun Bank tersebut mengalami pertumbuhan karena ekspansi output dan pesanan baru yang disebutkan lebih kuat saat kasus corona tengah menurun secara bertahap. 

Kenaikan aktivitas pabrik ini juga bertumbuh karena performa kuat yang berada pada sektor elektronik dan otomotif. Faktor lainnya juga ada pada bagian permintaan yang solid untuk produk semikonduktor sehingga menunjang kenaikan di bulan Agustus ini. 

Sepertinya yang sudah disinggung di atas, bahwa meski data PMI tersebut mengalami peningkatan namun produsen sampai saat ini masih terus berjuang pada masalah kekurangan bahan baku dan logistik. 

Adapun pemicunya yaitu lonjakan harga input yang meroket tinggi selama laju tercepat dan dilihat data ini sejak September 2008. Sehingga dengan laporan tersebut maka bisa berefek pada harga produsen yang akan dirilis di data berikutnya. 

Ini masih harus menjadi tugas bagi Pemerintah Jepang dalam menyikapi pertumbuhan dan perbaikan secara bertahap pada kuartal ketiga. Beberapa perusahaan telah mencatat penurunan terbesar kedua selama lebih dari satu dekade pada dampak aktivitas di beberapa sektor. 

Hal tersebut disebutkan oleh Usamah Bhatti dalam sebuah catatan selaku ekonom dari HIS Markit. Kabar atau angin segar yang tengah dirasakan oleh negara Jepang ini diperkirakan masih akan menghadapi perlambatan pada kuartal kedua dan ketiga di tahun ini. 

Salah satu alasan dari terjadinya hal tersebut adalah pembatasan darurat yang tengah diterapkan di kota Tokyo serta adanya risiko dari prefektur sekitarnya karena dianggap dapat membebani sektor konsumsi. Dimana sektor tersebut telah berkontribusi besar selama ini terhadap data GDP Jepang. 

Kesimpulan yang dapat dilihat dari rilisnya berita pada tanggal 2 Agustus 2021 tersebut adalah rilisnya data PMI Manufaktur Jepang tersebut tidak banyak memicu pergerakan dari pasangan USD/JPY. 

Pasangan mata uang tersebut diperdagangkan tidak jauh dari level pada pembukaan harian yaitu sekitar 109.67. Artinya pasangan mata uang USD/JPY hanya diperdagangkan cukup tipis saja saat berita tersebut dirilis. 

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama